Monitoring BBWS Mesuji Sekampung

Lampung, INC Media – Monitoring BBWS Mesuji Sekampung terus dilakukan untuk memastikan kualitas pembangunan jaringan irigasi tersier di Provinsi Lampung berjalan sesuai standar. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.

Pada 13–14 Oktober 2025, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung, Elroy Koyari, memimpin langsung kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap pelaksanaan peningkatan jaringan irigasi tersier di Kabupaten Lampung Selatan.

BACA JUGA : Aliansi Santri Nusantara Lampung Gelar Aksi Damai dan Istighotsah di Polda Lampung

Monev tersebut dilakukan di dua lokasi utama, yakni Daerah Irigasi (DI) Rawa Sragi dan DI Pisang, yang berada di bawah kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air 2 (OP SDA 2).

Wawancara dengan Petani dan P3A

Selain meninjau kondisi lapangan, tim BBWS juga melakukan wawancara langsung dengan para penerima manfaat, di antaranya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A), serta Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di wilayah layanan irigasi yang telah dibangun.

Menurut Elroy Koyari, seluruh kegiatan pembangunan masih dalam tahap proses pelaksanaan dan berjalan sesuai spesifikasi teknik serta metode yang telah ditetapkan.

“Semua kegiatan tentunya sesuai spesifikasi teknik, metode, dan diawasi oleh konsultan pendamping. Penggunaan bahan material pun sesuai mutu beton PC 15 mpa. Material yang dibayar adalah material terpasang, bukan yang masih dalam proses,” ujar Elroy.

Tantangan di Lapangan

Sementara itu, PPK M.F. Nur Yuniar menjelaskan bahwa pelaksanaan di lapangan menghadapi tantangan tersendiri.

“Saat ini terkendala jarak langsiran dari stok-pile ke lokasi petak tersier yang hanya bisa dijangkau dengan tenaga manual. Tidak memungkinkan menggunakan kendaraan karena akses jalan sempit dan berada di linning petak sawah,” kata Yuniar.

Menurutnya, kondisi geografis menjadi alasan utama mengapa pekerjaan dilakukan secara konvensional dengan tenaga kerja lokal. Meskipun demikian, Yuniar memastikan bahwa kualitas pekerjaan tetap terjaga dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian PUPR.

Menjawab Isu Soal Material Rusak

Monitoring kali ini juga menjawab pemberitaan publik yang sempat menyebut adanya “kualitas material hancur pada pekerjaan irigasi”.

Elroy menegaskan bahwa pekerjaan yang dimaksud bukan proyek kontraktual, melainkan kegiatan non-kontrak atau swakelola.

“Pekerjaan tersebut bukan kontraktual, melainkan kegiatan non-kontrak yang sifatnya swakelola. Jadi pengaturan material dilakukan sesuai kebutuhan teknis di lapangan tanpa mengacu pada dokumen kontrak resmi,” tegasnya.

BACA JUGA : Lari Pagi Bandar Lampung: AHY hingga Pangdam 21 Raden Intan Turun ke Jalan

Ia juga menjelaskan bahwa material yang terlihat pecah atau rusak bukanlah material yang digunakan dalam pekerjaan utama.

“Material itu adalah material afkir, yaitu bahan yang tersingkirkan karena tidak memenuhi mutu dan kualitas. Prosedurnya memang dipisahkan agar tidak digunakan,” jelasnya.

Dukungan untuk Swasembada Pangan

Melalui kegiatan ini, BBWS Mesuji Sekampung memastikan infrastruktur irigasi yang dibangun Kementerian PUPR benar-benar memberikan manfaat langsung bagi petani. Langkah ini menjadi bagian dari dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional menuju swasembada pangan.

“Kami berkomitmen agar seluruh infrastruktur air benar-benar mendukung produktivitas pertanian di Lampung,” tutup Elroy Koyari.

#BerkaryaUntukNegeri

Pewarta: H. Fery Nurman

Editor: Ahmad Royani, SH

 

 

TAG:

BBWS Mesuji Sekampung, monitoring irigasi, ketahanan pangan, Lampung Selatan, Kementerian PUPR, Elroy Koyari, P3A, pembangunan infrastruktur, OP SDA 2, swasembada pangan