Lampung Selatan, INC Media – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lampung Selatan membuka secara resmi Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) pertama pada Jumat, 9 Mei 2025.
Kegiatan ini dipusatkan di aula Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Universitas Islam An-Nur, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jati Agung.
- Tokoh NU dan Pejabat Daerah Hadiri Acara
Sejumlah tokoh penting hadir dalam pembukaan ini, di antaranya Ketua PBNU Bidang Organisasi, KH. Masyhuri Malik, Ketua PWNU Lampung H. Puji Raharjo, Katib Syuriah KH. Ahmad Ma’sum Abror, Rais Syuriah PCNU Lamsel KH. Ishomuddin, dan Ketua Tanfidziyah PCNU Lamsel H. Abdul Haris, S.Ag., M.H., Bupati setempat H. Radityo Egi Pratama, Wakil Bupati M. Syaiful Anwar, serta jajaran Forkopimcam Jati Agung turut serta memperkuat sinergi kaderisasi NU.

Acara dibuka dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh santri, disusul sholawat dan tarian Sigeh Pengunten yang menggugah semangat peserta.
- Pendidikan Kepemimpinan NU untuk Kader Unggul
Dalam sambutannya, H. Abdul Haris menjelaskan dasar pelaksanaan PMKNU 2025, mengacu pada Keputusan Muktamar NU ke-34 di Lampung, AD/ART NU Pasal 13, dan Perkum No. 1 Tahun 2023. PMKNU berlangsung selama lima hari, 9–13 Mei 2025.
“Jumlah peserta yang terdaftar mencapai 99 orang, namun baru 89 yang masuk sistem, sisanya masih dalam proses verifikasi. Dari total itu, 88 laki-laki dan 11 perempuan. Ketimpangan ini jadi catatan penting untuk kaderisasi mendatang,” ujar H. Abdul Haris.

Ia menekankan bahwa kaderisasi NU adalah proses mutlak dalam menjaga eksistensi organisasi. PCNU Lampung Selatan sebagai cabang tipe A wajib melaksanakan PMKNU minimal sekali dalam setiap tahunnya.
- PMKNU Sebagai Ruang Ideologis dan Spiritualitas
PMKNU, lanjutnya, bukan sekadar pelatihan manajerial organisasi, tetapi juga proses penguatan ideologi, nilai keulamaan, ketahanan fisik, dan nasionalisme. Ia menegaskan bahwa kepemimpinan dalam NU adalah bentuk khidmat, bukan ajang dominasi.
“PMKNU harus melahirkan pemimpin yang berintegritas, berkapasitas, dan berkomitmen sosial. Jadikan kegiatan ini momentum kebangkitan pribadi dan organisasi,” tegasnya.

Menutup sambutannya, H. Abdul Haris mengutip pesan dari KH Miftah Faqih saat pembaiatan PMK Nasional pertama:
“Tidak ada pertemuan tanpa perpisahan, tidak ada pembukaan tanpa penutupan—tetapi itu tidak berlaku dalam pengkhidmatan kita di Nahdlatul Ulama.”
- NU Kuat Karena Kadernya Bersatu
PMKNU bukan sekadar pelatihan biasa—ia adalah bukti nyata bahwa Nahdlatul Ulama terus bergerak membangun kekuatan dari akar rumput.
Dari pesantren di pelosok desa hingga forum-forum kebangsaan, NU hadir sebagai penjaga nilai dan penuntun arah umat.
Melalui kaderisasi yang terstruktur, NU menunjukkan bahwa kekuatan sejati lahir dari proses panjang, bukan instan.
Kader-kader yang lahir dari PMKNU inilah yang akan menjaga api perjuangan, membentengi masyarakat dari disorientasi nilai, dan membawa NU tetap relevan lintas zaman.
Warga Nahdliyyin harus sadar: kita bukan gerakan kecil. NU besar karena sejarahnya, kuat karena ilmunya, dan kokoh karena kader-kadernya. Maka, jangan ragu untuk bangga, dan jangan lelah untuk berkhidmat.
Karena selama NU berdiri tegak, bangsa ini tidak akan pernah runtuh. (ARF).